Malu adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan malu seseorang akan mengerti batasan dalam bertindak. Rasa malu tidak hanya malu dihadapan orang banyak, tetapi malu kepada Allah dan juga malu kepada diri sendiri.
Jika rasa malu hanya berlaku kepada orang banyak maka sangat memungkinkan orang akan bertindak sesuai keinginannya tanpa mengetahui batasan atau berbuat semaunya disaat diri tidak bersama orang lain. Perlu diingat bahwa ketika diri berada dalam kondisi sendirian, Allah Swt tetap melihat dan mengawasi tingkah laku kita.
Allah Swt mengetahui segala sesuatu yang kita perbuat. Kita sebagai manasia juga harus bisa menghargai diri sendiri. Kita merupakan bentuk rahmat dari Allah Swt. Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang sangat sempurna, setiap organ memiliki fungsi yang berkesinambungan. Sangat diwajibkan untuk kita sebagai manusia menjaga dan merawat diri baik fisik maupun hati kita. Contoh kecilnya adalah dengan memiliki sifat malu kita sudah bisa menjaga diri, Seperti menutup aurat, memiliki akhlak yang baik dan lain-lain.
Dalam kitab Hadist Ar’abain, Imam an-Nawawi menuliskan hadis dari Dari Abu Mas’ud, ‘Uqbah bin ‘Amr Al Anshari Al Badri radhiyallahu anhu,
“Ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Sesungguhnya diantara yang didapat manusia dari kalimat kenabian yang pertama ialah : Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (HR. Bukhari).
Hadist ini dikeluarkan oleh Imam bukhari dari riwayat Manshur bin Al-Mu’tamar dari Rib’iy bin Hirasyi danri Abu Mas’ud dari Hudzaifah dari Nabi Salallahu Alaiwassalam. Para ulama ahli hadis memiliki perbedaan dalam sanad hadist ini. Namun sebagian besar ahli hadis menyatakan bahwa ini adalah perkataan dari Abu Mas’ud. Yang mengatakan demikian adalah Imam al-Bukhari, Abu Zur’ah, Ar-Riaziy, Ad-Daruquthniy. Yang menunjukan kebenaran tentang hal ini yaitu telah diriwayatkan dengan jalan lain, dari Abu Mas’ud pada riwayat Masruq. Dikeluarkan juga oleh Ath-Thabraniy dari hadits Abu Ath-Thufail dari Rasullullah Juga.
Hadits diatas sangat penting dan harusnya menjadi renungan bagi setiap muslim, bahwa setiap perbuatan itu memiliki dampak, jika seseorang dapat mengontrol perbuatannya maka orang tersebut akan merasakan dampak positif dari perilakunya. Cara untuk bisa mengontrol perilaku dan hawa nafsu adalah dengan menanamkan rasa malu kepada Allah Swt, malu kepada orang lain, dan malu kepada diri sendiri. Hadits di atas redaksinya singkat, akan tetapi penuh makna dan pesan moral. Rasulullah saw telah mengingatkan kepada kita semua bahwa pentingnya rasa malu sebagai sifat untuk bersandarnya akhlak-akhlak terpuji.
Malu merupakan akhlak terpuji, malu bisa menjadi benteng dari perbuatan tercela. Jika seseorang sudah tidak memiliki rasa malu, maka apapun yang dikendaki baik buruknya akan dilakukan. Zaman sekarang banyak orang yang melakukan sesuatu yang buruk tanpa adanya pertimbangan dampak atau efek dari perbuatan yang dia lakukan. Dari perbuatan buruk tersebut bisa jadi yang merasakan dampaknya bukan hanya pelaku saja, tapi bisa berimbas ke keluarga, orang terdekat, atau pekerjaannya. Begitu pentingnya sifat malu harus dimiliki oleh setiap manusia.
Ibnu Qoyyim juga mengatakan; “sifat malu merupaka sifat khusus bagi kemanusiaan. Orang yang tidak memiliki sifat malu, berarti tidak ada dalam dirinya sifat khusus ini dalam dirinya kecuali hanya sekedar bentuk daging, darah dan sifatnya. Selain itu dia tidak memiliki kebaikan apapun pada dirinya. Ibnu Qoyyim juga berkata; “salah satu sebab merajalelanya kemaksiatan adalah hilangnya rasa malu sebagai unsur utama hidupnya hati, dia adalah pondasi setiap kebaikan, maka hilangnya rasa malu seseorang berarti sirnanya seluruh kebaikan.
Sumber : Suara Muhammadiyah
Editor: difa