Syukur adalah upaya untuk menampakkan nikmat-nikmat Allah Swt. Kata “Alhamdulillah” selalu diucapkan dari hati yang paling dalam sebagai tanda kesadaran nikmat Allah yang begitu melimpah. Allah memberikan nikmat kepada manusia berupa kesehatan, rezeki, kekuatan, kekayaan, anak sholeh sholeha, dan sebagainya tanpa memandang yang taat atau yang durhaka, yang syukur atau yang kufur. Karena nikmat Allah yang tak terhingga, sehingga manusia tidak bisa menghitung berapa besar nikmat yang Allah berikan kepada manusia di dunia. Bahkan setiap butiran pasir, setiap tumbuhan, hewan, tetesan hujan, detak jantung yang setiap waktu berjalan pasti terdapat nikmat Allah yang begitu melimpah dan tidak ada batasnya. Allah berfirman dalm QS Ibrahim : 34
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Dalam QS Ibrahim ayat 34 di atas adalah menunjukkan ketika semua kebutuhan manusia telah dicukupkan maka sekalipun hidup digunakan untuk bersyukur, pasti nikmat Allah tidak dapat dihitung karena terlalu banyaknnya nikmat Allah yang datang pada manusia. Dari sinilah dapat disadari bahwa ketika tidak bersyukur sudah dianggap melakukan perbuatan tercela apalagi jika yang dilakukan menentang Allah.
Kenikmatan yang sesungguhnya adalah Ketika kita dapat menemukan karunia pada diri masing-masing. Misalnya, ketika kita merasa tidak punya uang maka ingatlah bahwa Allah masih memberikan kesehatan untuk dapat mencari rezeki yang halal. Ketika karir tidak secemerlang yang kita harap, tetap ingat bahwa kita masih mempunyai keluarga yang utuh, anak yang lucu dan pintar, istri yang setia.
Jika sikap tersebut sudah dimiliki maka hati akan terasa tenang. Bagaimana jalan kehidupan yang dilalui setiap ada kekurangan yang dirasakan, tapi disitu juga menemukan puluhan kebaikan yang dimiliki. Setiap ada kesedihan yang datang, disitu pula menemukan ratusan kegembiraan. Sungguh indahnya jika selalu mensyukuri apa yang diberikan Allah. Karena ketika ekspektasi yang diperkirakan meleset jauh, sikap yang diambil adalah bersyukur, pasti ada jalan yang lebih baik dan indah yang disiapkan Allah untuk manusia, sebagai manusia teruslah berdoa dan berusaha yang terbaik untuk menunggu waktu yang indah tersebut.
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya darimana diperolehnya dan kemana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk aa digunakannya.” [HR At Tirmidzi (no 2417), Ad Daarimi (no 537) dan Abu Ya’la (no 7434), dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Albani dalam “Ash-Shahihah” (no 946) karena banyak jalur yang menguatkan]
Penjelasan hadits diatas adalah mengenai umur yang dihabiskan, ilmu yang diamalkan, harta yang dibelanjakan, serta tubuh yang digunakan. Dari sekian urusan dunia yang kita jalankan, umur, ilmu, harta, serta jasad manusia ini pada intinya diberikan oleh Allah dan akan kembali kepada Allah.
Setiap perbuatan yang dilakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan diakhirat. Umur yang dihabiskan dengan taat kepada aturan Allah diakhirat kelak juga pasti dipertanggung jawabkan apalagi jika yang dilakukan adalah perbuatan yang menentang Allah.
Tujuan dalam mencari ilmu itu suatu hal yang mulia, akan tetapi ketika ilmu disalah gunakan untuk tujuan yang dzalim sudah berbeda dengan konsep ilmu yang sebenarnya. Suatu hal yang krusial lain adalah harta. Darimana didapatkan dan dikeluarkan sudah pasti ada pertanggungjawaban. Allah sangat tegas dalam mengatur mengenai harta. Karena harta yang sifatnya membuat seseorang bisa terlena, maka dari itu allah sangat tegas dalam mengatur harta dalam Al Quran. Allah menciptakan tubuh manusia dengan sangat sempurna. Alangkah baiknya manusia menggunakan anggota tubuh dijalan kebaikan. Sebagai tanda syukur kepada Allah yang memberikan tubuh begitu sempurna.
Hidup ini hanya sementara, hanya sekali dalam seumur hidup, ketika jasad sudah dicabut nyawanya maka sudah ditutup amal ibadah manusia dan saatnya mempertanggung jawabkan perbuatannya selama di dunia. Dengan kebaikan dan nikmat yang Allah berikan kepada manusia, marilah memanfaatkan sebaik mungkin untuk mencari bekal terbaik diakhirat kelak.
editor: difa