Kemerdekaan dalam bahasa Arab sering disebut al-hurriyah, satu akar kata dengan al-ikhtiar (memilih). Maka kemerdekaan hakiki sering dihubungkan dengan kebebasan seseorang untuk menentukan pilihan. Memilih apapun. Memilih untuk menentukan nasib sendiri. Tanpa intervensi, tanpa campur tangan dan pengendalian dari siapapun.
Ketika seseorang tidak memiliki hak memilih, maka hakekatnya dia tidak merdeka, tidak memiliki kebebasan. Atau dengan kata lain dia terjajah dan bahkan tertindas.
Sebuah Bangsa baru dikatakan merdeka sebenar-benarnya dari penjajahan, apabila Bangsa tersebut mampu menentukan nasib sendiri. Tidak didikte oleh kepentingan bangsa manapun, oleh kepentingan dan kekuatan segelintir orang, kelompok atau bahkan globalist dunia.
Tauhid sebagai dasar fundamental ajaran Islam merupakan doktrin “pembebasan” yang paling hakiki. mengajarkan manusia untuk memerdekakan diri dan melepaskan diri dari ikatan-ikatan yang membelenggu dan menjajah: baik oleh harta, jabatan, kenikmatan dunia yang bersifat semu dan kepentingan-kepentingan sesaat yang sering menjerumuskan manusia.
Bahkan tidak dipungkiri lagi bahwa kemerdekaan Bangsa Indonesia “digerakkan” oleh spirit Tauhid yang menyala-nyala dan menjadi “burning desire” di hati setiap Muslim para founding father Bangsa ini.
Bertebaran dalam Al-Qur’an Kisah-kisah Para Nabi yang membawa spirit misi pembebasan dan memerdekakan manusia.
Pertama, kisah Nabi Ibrahim Dalam Q.S al-An’am: 76-79 yang membebaskan dirinya dari orientasi dasar yang salah dalam kehidupan manusia. Dikisahkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan. Pencarian spiritual tersebut merupakan upaya Ibrahim dalam membebaskan dan memerdekakan dirinya dari orientasi hidup yang keliru. Bagi Ibrahim, penyembahan terhadap berhala pada saat itu merupakan kesalahan besar. Karena telah melakukan penghambaan yang menjatuhkan harkat dan martabat dirinya sebagai manusia, dan menghilangkan kemerdekaannya dari keterikatan dengan berhala.
Kedua, Q.S. Al-Baqarah: 49, Al-A’raaf: 127 dan Ibrahim: 6, spirit kemerdekaan dari kisah Nabi Musa ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Firaun. Kekejaman rezim Firaun terhadap bangsa Israel dikisahkan dalam berbagai ayat Alquran. Rezim Firaun merupakan representasi komunitas yang menyombongkan diri dan sok berkuasa di muka bumi. Keangkuhan rezim penguasa ini membuat mereka tak segan membunuh dan memperbudak kaum laki-laki dan menistakan kaum perempuan. Keangkuhan inilah yang mendorong Musa tergerak memimpin bangsanya untuk membebaskan diri dari penindasan, dan akhirnya meraih kemerdekaan sebagai bangsa yang mulia dan bermartabat.
Ketiga, Yang tidak kalah dahsyatnya adalah makna kemerdekaan dari kisah sukses Nabi Kita Muhammad SAW dalam mengemban misi profetiknya di muka bumi (Lihat QS Al-Maa’idah:3) menjadi sumber ilham yang tak pernah habis bagi bangsa Indonesia untuk memaknai kemerdekaan secara lebih holistik dan integral. Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus, yaitu:
- Disorientasi hidup (Adz-Dzaariyaat: 56; Al-Jumu’ah: 2),
- Penindasan ekonomi (QS Al-Humazah: 1-4; Al-Maa’uun: 2-3),
- Kezaliman sosial (QS Al-Hujuraat:13).
Kisah para nabi dan rasul di atas bisa dipahami bahwa mereka ditugaskan membawa misi Tauhid, yang bermakna memerdekakan dan membebaskan manusia dari segala bentuk penindasan manusia atas manusia yang lain yang menghasilkan kemiskinan, kebodohan, dan penderitaan, serta kesengsaraan hidup.
Dalam konteks kekinian, Kemerdekaan harus dimaknai sebagai kesempatan yang sangat luas bagi setiap muslim anak bangsa, khususnya para milenials untuk merdeka dan bebas meng-explore kemampuan dan kreatifitasnya dalam menemukan inovasi baru yang lebih baik di bidang apapun. Yang bermanfaat dan mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Dalam putaran waktu dan sejarah, manusia akan terus bertarung dengan kekuatan “Jahat” yang ingin membelenggu dan memasung kemerdekaannya. Kekuatan “Hitam” itu bersumber dari hawa nafsu. Karena itu hal paling mendasar dari seorang muslim adalah kemampuannya “memerdekakan” diri dari penjajahan hawa nafsunya. Selama dunia masih berputar, pertarungan itu akan terus berlangsung, hingga Kiamat datang. Mampukah kita memenangkan pertempuran ini? Dan menjadi insan merdeka sebenar-benarnya?…. Wallahu A’lam bi As-showab. (kirom)
Edisi Majalah Matahati Lazismu Gresik Agustus 2021