Meneladani dengan Spirit Fastabiqul Khairat — Membahas tentang meneladani, maka sosok yang paling patut untuk dijadikan teladan adalah Rasulullah Saw, seperti yang terdapat dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Spirit Fastabiqul Khairat

Beliau bukan hanya menjadi teladan dalam hal ibadah namun juga menjadi teladan untuk kita dalam bersikap atau berperilaku terhadap sesama makhluk. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Nabi Muhammad juga merupakan makhluk yang selalu mensyukuri nikmatNya. Beliau selalu berfikir positif dan mengambil hikmah atas kejadian yang dialami.
Meskipun yang terjadi merupakan hal terburuk sekalipun. Selain itu, Nabi Muhammad merupakan sosok berjiwa besar dan mudah memaafkan. Beliau selalu berbuat baik dan memaafkan orang yang berniat jahat kepadanya dan ingin melukainya. Beliau bukan orang yang pendedam.
Dari suri tauladan kita tersebut kita dapat mencontoh sifat beliau dalam hal berbuat baik. Baik dalam hal hablum minallah maupun hablum minannas. Sama saja apabila dalam hal beribadah sangat baik, tapi buruk dalam hal sosial. Ataupun sebaliknya, baik terhadap sesama namun dalam hal ibadah nol.
Maka dari itu keduanya haruslah seimbang. Berbuat baik juga diperintahkan Allah SWT dalam firmanNya yang berbunyi:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Al-Baqarah:148)
Kita diperintahkan Allah untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Makna berlomba-lomba artinya kita dianjurkan untuk sebanyak mungkin untuk melakukan kebaikan. Dimulai dari kebaikan yang kecil yang dilakukan secara terus-menerus dan istiqomah.
Selain kuantitas kita juga tetap harus menjaga kualitas. Kualitas dalam berbuat baik. Jangan melakukannya dengan setengah-setengah agar bisa mendapatkan pujian, tetapi lakukanlah secara ikhlas dan maksimal.
Namun, ada hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan fastabiqul khairat. Kita melakukan perbuatan dan akhlak yang baik semata-mata berlomba mengejar kebaikan dengan diri kita sendiri. maksudnya kita adalah cerminan berbuat baik untuk diri kita sendiri. Kita harus menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya.
Tidak perlu menjadikan orang lain sebagai acuan untuk kita berbuat baik. Tidak perlu berkompetisi dengan orang lain dalam berbuat baik. Karena hal tersebut nantinya hanyalah akan menimbulkan sifat hasad, iri, dengki dan penyakit hati lainnya.
Tidak ada perubahan yang lebih baik dari perubahan diri kita sendiri. Rasulullah saw mengibaratkan orang yang tidak mau berubah dalam hadistnya yaitu:
“Orang beriman tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Maksudnya adalah orang yang beriman tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya. Justru ia mau berubah, menyesalinya, tidak mengulanginya dan memperbaiki diri dengan sungguh-sungguh. Berubah menjadi lebih baik dan kembali taubat kepada Allah Swt.
baca juga: Apa Perbedaan Zakat Infaq Sedekah?
Apabila kesalahan yang dilakukan berkaitan dengan orang lain maka hendaknya meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Karena tidaklah orang tersebut masuk surga hingga segala urusannya dengan orang yang disakiti dan dizalimi selesai. Maka kita sebagai seorang muslim dan umat Rasulullah Saw dituntut untuk berbuat baik dan menjadi lebih baik.
Penulis: Difa
Referensi: pemudamuhammadiyahwaykanan.or.id | m.republika.co.id