Kasus Covid-19 pertama kali ditemukan 17 November 2019 di Wuhan, Tiongkok lalu menyebar luas hampir ke seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, kasus Covid-19 pertama diumumkan Presiden Jokowi pada Senin, 2 Maret 2020. Dan saat ini Covid-19 benar-benar telah menjadi pandemi yang mengoyak berbagai tatanan kehidupan bermasyarakat di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Mulai aspek keagamaan, sosial, ekonomi, pendidikan maupun aspek-aspek yang lain. Sektor ekonomi nampaknya menjadi sektor yang paling terdampak. Sektor kedua yang juga mengalami dampak cukup siginifikan adalah sektor pendidikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah peserta didik dan tenaga yang terlibat di dalamnya sejumlah 54,5 juta pelajar/mahasiswa, guru dan dosen dari sekitar 270 juta jiwa penduduk negara kita.
Di bidang pendidikan, pemerintah menetapkan kebijakan belajar dari rumah sebagai bagian dari upaya memutus rantai penyebaran Covid-19. Bagi sebagian siswa dan orang tua, keharusan belajar dari rumah secara daring (dalam jaringan) dengan mengandalkan teknologi internet mengundang persoalan baru bagi mereka. Betapa tidak, kemampuan ekonomi masyarakat yang tidak merata menyebabkan akses internet juga tidak merata di kalangan siswa. Bagi sebagian siswa yang belum memiliki perangkat teknologi (smartphone, tablet, laptop), dan tidak mampu membeli paket data, belajar secara daring jelas bukan persoalan ringan. Di sisi lain, saat belajar di rumah, terutama siswa kelas rendah masih membutuhkan pendampingan dan pengawasan dari orang tua. Hal ini tentu saja akan menyita waktu orang tua yang harus bekerja di luar rumah.
Bagi warga kelas menengah ke atas, mungkin adanya pandemi tidak terlalu membawa dampak terhadap ekonomi keluarganya, sebab masih memiliki tabungan atau simpanan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tetapi sebaliknya, bagi warga berekonomi lemah, pandemi Covid-19 jelas sangat berat dampaknya.
Dalam kondisi yang seperti inilah, semangat filantropi dan kepedulian terhadap sesama yang biasa dibudayakan oleh Lazismu bisa menjadi salah satu solusi meringankan beban ekonomi warga yang terdampak.
Kantor Layanan Lazismu Dukun misalnya, di tengah kondisi ekonomi warga yang lesu seperti beberapa bulan terakhir, tidak berputus asa untuk tetap menggelorakan semangat filantropi dengan melakukan penggalangan dana untuk membantu kebutuhan pangan warga yang terdampak. Dari perolehan penggalangan dana, dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi yang kurang baik seperti di masa pandemi ini tidak terlalu berdampak pada semangat filantropi warga.
Buktinya, perolehan infaq atau donasi mulai bulan Maret sampai Juni 2020 relatif stabil, malahan ada peningkatan untuk infaq program Ramadhan. Artinya sudah tumbuh kesadaran warga akan pentingnya berinfaq, tidak hanya pada saat lapang tetapi lebih-lebih pada situasi sempit seperti saat ini. Allah swt. berfirman dalam Surat Ali-Imran: 133-134.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
Tumbuhnya semangat filantropi ini merupakan indikator meningkatnya keikhlasan kaum muslimin dalam berinfaq. Keikhlasan ini sangat penting dan harus terus dipupuk agar kelak menjadi sebuah kebiasaan positif masyarakat kita. Imam Al-Ghazali pernah berkata: “Setiap manusia akan binasa kecuali orang yang berilmu, dan orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal (dengan ilmunya), dan orang yang beramal juga binasa kecuali yang ikhlas (dalam amalnya). Akan tetapi, orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal.”
Tanpa keikhlasan, apapun yg kita lakukan tidak bermakna di hadapan Allah, karena Allah tidak memerlukan amal ibadah kita. Luqman ayat 32, di mana Allah SWT berfirman:
“Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus (mengakui keesaan Allah). Adapun yang mengingkari ayat-ayat kami adalah pengkhianat yang tidak berterima kasih.” (QS. Luqman: 32).
Dari ayat di atas bisa kita fahami bahwa ikhlas adalah suatu kondisi di mana kita mampu istiqamah dalam amal, baik di kala lapang maupun sempit, di saat kita dianugerahi banyak kenikmatan dan juga di saat kita ditimpa ujian.
Ayat di atas menggambarkan tentang orang-orang yang ditimpa ujian, lalu mereka berdoa kepada Allah dengan ikhlas. Namun apa yang mereka lakukan itu sesungguhnya tidaklah dilandasi atas keikhlasan, melainkan karena kondisi mereka yang terjepit, lalu mereka sadar bahwa tidak ada yang bisa memberikan manfaat dan mudharat kecuali Allah SWT. Sehingga mereka pun segera berdoa agar Allah tidak menimpakan mudharat kepada mereka.
Bukti bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah dilandasi atas dasar keikhlasan adalah ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, hanya sebagian kecil saja yang tetap di jalan yang lurus, sedangkan sebagian besarnya kembali kepada pengingkaran serta pengkhianatan atas nikmat Allah SWT. Na’udzu billah.
Kita berharap semoga kehadiran Covid-19 di tengah kehidupan kita saat ini menjadi hikmah tersendiri bagi kita dengan semakin meningkatnya kepedulian dan kesadaran untuk membantu sesama. Wallahu a’lam bish shawab.
Muflikhun, Kepala Kantor Layanan Lazismu Dukun
Edisi Majalah Matahati Agustus 2020