Adab BerMedsos – Pada zaman sekarang, tidak dipungkiri teknologi mulai berkembang pesat. Teknologi canggih diterapkan di seluruh dunia. Adanya teknologi ini membuat masyarakat semakin terbantu untuk melakukan aktivitas dengan cepat. Namun, dampak yang sangat terlihat adalah perubahan perilaku masyarakat.
Kondisi seperti ini riil ada disekitar kita dan tidak bisa dihindari. Salah satunya adalah bertutur kata baik di media sosial dan saat kita berada di lingkungan masyarakat.
Adab BerMedsos

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa No. 24 Tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial.
Fatwa ini mengatur dan memberikan pedoman kepada masyarakat, khususnya umat Islam, tentang bagaimana tata cara penggunanan media digital berbasis media sosial secara benar berlandaskan kepada kepada Al-Quran, Sunnah, pendapat para sabahat dam pakar teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Fatwa tersebut, dalam berinteraksi dengan sesama, baik secara riil maupun media sosial, setiap muslim wajib mendasarkan pada keimanan dan ketakwaan, kebajikan (mu’asyarah bil ma’ruf), persaudaraan (ukhuwwah), saling wasiat akan kebenaran (al-haqq) serta mengajak pada kebaikan (al-amr bi al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran (al-nahyu ‘an al-munkar).
Interaksi melakui media sosial hendaknya digunakan untuk mempererat ukhuwwah, baik ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan ke-Islaman), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan kebangsaan), maupun ukhuwwah insaniyyah (persaudaraan kemanusiaan) serta juga guna memperkokoh kerukunan, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan Pemerintah.
Adab BerMedsos, selanjutnya, fatwa tersebut juga menegaskan secara jelas berbagai macam perbuatan yang haram untuk dilakukan oleh setiap muslim dalam berinteraksi melalui media sosial. Perbuatan yang diharamkan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
(a) Melakukan ghibah, fitnah (buhtan), namimah (adu domba), dan penyebaran permusuhan.
(b) Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan atas dasar suku, agama, ras, atau antar golongan.
(c) Menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan tujuan baik, seperti info tentang kematian orang yang masih hidup.
(d) Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang terlarang secara syar’i.
(e) Menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai tempat dan/atau waktunya.
Islam sudah mengajarkan kita untuk bertutur kata yang baik dan hendaknya perlu untuk diamalkan. Bagi muslim kita telah diajarkan tentang akhlak mazmumah (Akhlak tercela) yaitu untuk tidak menjadi muslim yang pemarah dan penghasut.
Adab Bermedsos: Sikap tersebut bukanlah cerminam akhlak seorang muslim, termasuk di lingkungan masyarakat. “Berkatalah yang baik atau diam”, demikian pesan emas dari Nabi akhir zaman kepada umatnya. Manakala kita tidak suka orang lain berkata nista, kasar, keras, dan ujaran yang tak berkeadaban maka jangan lakukan hal yang sama, lebih-lebih dengan sesama.
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam, telah memberi kabar kepada kami Abdul Wahab, dari Ayub, dari Abdillah bin Abi Mulaikah, dari ‘Aisyah raḍiyallahu ‘anha‘ bahwa sesungguhnya orang-orang Yahudi datang kepada Nabi lalu mengucapkan kalimat “Assamu ‘alaikum” (matilah kamu atau kecelakaan atasmu), maka lalu ‘Aisyah balik mengucapkan kepada mereka kalimat “Matilah dan celakalah kamu, lagi Allah melaknat kamu dan Allah murka kepadamu wahai orang-orang Yahudi! Nabi bersabda, “Sabarlah, ‘Aisyah.
Biasakan lemah lembut dan tinggalkanlah kekerasan dan kekasaran!” ‘Aisyah berkata, “Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan?” Kemudian, beliau (Nabi) bertanya, “Apakah kamu tidak mendengar apa yang aku katakan kepadamu? Aku kembalikan kepada mereka. Lalu, dikabulkan doaku atas mereka, dan tidak dikabulkan doa mereka untuk diriku.”
Nabi Muhammad Saw mengajarkan kita untuk berbahasa dengan santun sekalipun dengan orang yang tidak disukai. Kita perlu berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat baik saat bertatap muka ataupun tidak.
Umat Islam harus mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam pengamalan kesantunan berbahasa. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Najm (53) :3-4,
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوٰى – ٣ اِنْ هُوَ اِلَّا وَحْيٌ يُّوْحٰىۙ -٤
“…dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
Sementara itu, dalam hadis berikut kita ketahui bahwa orang yang terhalang kelemahlembutannya, dia terhalang kebaikannya. Demikianlah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa sudah terhalang kelemahlembutannya, berarti dia sudah terhalang kebaikannya, atau barangsiapa lagi terhalang kelemahlembutannya, berarti dia lagi terhalang kebaikannya.” (HR Muslim)
Pergaulan sangat berpengaruh terhadap sikap kita. Jika kita bergaul dengan orang saleh, insya Allah kesalehannya berpengaruh kepada kita. Orang saleh bertutur sesuai dengan akhlak yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebaliknya, jika kita bergaul dengan orang yang akhlak bicaranya tidak sesuai dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita pun dapat terpengaruh. Aktif mengaji secara cerdas mengondisikan kita dapat memahami secara utuh dan benar kesantunan berbahasa yang dituntunkan Allah Subhaanu wa Ta’ala dalam Alquran dan keteladanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
baca juga: 4 Adab Menasihati dalam Hal Kebaikan Menurut Al Qur’an dan Hadits
Bagaimana agar kita memiliki sikap yang baik dalam berperilaku maupun bertutur kata? Ada solusinya, pertama bergaul dengan orang shaleh. Kedua, mengaji dengan tadarus dan tadabbur. Ketiga, mengamalkan hasil yang kita peroleh dari keduanya. Iman dan taqwa adalah kunci bagaimana kita berperilaku.
Penulis: Difa | sumber: suaramuhammadiyah.id – business-law.binus.ac.id