Adab Bergurau Dalam Islam. Kita sebagai umat Islam sudah seharusnya selalu memanjatkan syukur kepada Allah, Dzat yang memang pantas kita mengucap syukur kepada-Nya. Dzat yang menciptakan, mematikan, menghidupkan serta membimbing kita supaya senantiasa bahagia dunia akhirat.
Menjalani hidup di bumi ini, pasti kita memiliki aturan agar semuanya terkondisikan dan teratur. Baik berupa aturan yang bersifat ilahiyah, nubuwah, ataupun adat. Dari hal yang ringan hingga permasalahan yang besar. Sebagai contoh pada pasal 24 UU No 24 Tahun 2009 serta Pasal 158 KUHP.
Adab Bergurau dalam Islam
Negara mengatur masyarakat Indonesia agar ketika bercanda tidak sampai menghina lambang negara. Negara mengatur hal ini agar terjaga kewibaannya di mata dunia. Dalam artian lain, bercanda boleh namun harus ada batasannya.
Dalam Islam, bergurau juga diperbolehkan namun memiliki rambu-rambu supaya tidak melampaui batas yang ditentukan. Sehingga bergurau itu memang dapat menjadi hiburan bukan menjadi awal perpecahan.Dalam Islam telah dijelaskan rambu-rambu dalam bergurau.
Pertama, bergurau namun tidak mengandung unsur kebohongan. Berdasarkan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah,
“Wahai Rasullullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?” maka Rasulullah menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad).
Kedua, bergurau tidak boleh dengan menakut-nakuti. Sebagaimana hadist yang menjelaskan tentang larangan menakut-nakuti umat muslim lainnya. Rasulullah saw bersabda,
“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain” (HR. Abu Daud, no. 5004; Ahmad 5:36).
Hadist ini dengan jelas menggambarkan larangan bergurau dengan cara menakut-nakuti orang lain. Jika diibaratkan dengan saat ini sangat erat hubungannya dengan prank yang banyak dilakukan oleh kaum muda milenial yaitu menjebak atau menakut-nakuti teman dengan cara-cara yang mengagetkan.
Ketiga, tidak mengacungkan senjata atau alat apapun yang menakutkan. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ بِحَدِيدَةٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تَلْعَنُهُ حَتَّى وَإِنْ كَانَ أَخَاهُ لأَبِيهِ وَأُمِّهِ
“Barangsiapa mengacungkan senjata tajam kepada saudaranya, maka para malaikat akan melaknatnya sampai dia meninggalkan perbuatan tersebut, walaupun saudara tersebut adalah saudara kandung sebapak dan seibu.” (HR. Muslim, no. 2616).
Keempat, tidak mengambil barang atau sesuatu milik orang lain. Rasulullah bersabda,
“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius” (HR. Abu Dawud).
Larangan Bercanda
Hadist ini secara jelas melarang bercanda dengan berpura-pura mengambil barang milik orang lain kemudian disembunyikan. Karena ini dapat menjadi sebab awal dari pencurian. Berawal dari bergurau mengambil barang milik orang lain, lalu tidak dikembalikan.
Kelima, bergurau dengan tidak mengolok-olok agama dan menggunakan perkataan yang baik. Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 65-66,
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja” katakanlah: “apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Bila kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.”
Dalam bergurau pun kita perlu memiliki etika, apalagi saat bergurau dengan menggunakan agama. Agama adalah hal suci yang berkaitan dengan Allah Swt, jika bergurau maka kita menunjukkan rasa tidak hormat kepada Allah swt dan kelima rukun iman yang ada. Dan hendaknya, kita bertaubat jika telah melakukan karena hal itu adalah salah satu macam unsur kemunafikan.
Keenam, dilarang memperolok, menghina, mencari kesalahan, dan merendahkan.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.” (Qs. al-Hujurat: 11)
baca juga: Adab Makan Dan Minum Dalam Islam
Terkadang tanpa sadar kita membuat lelucon kepada teman dekat atau orang lain yang bisa menyakiti hati mereka. Mengolok fisik “Eh, kamu gendutan ya.” Bisa saja dengan kalimat itu bisa menyakiti hatinya, membuat dia resah. Atau pada zaman sekarang ‘cat calling’ dan ‘body shaming’
Bila akhlak kita baik maka akan menjadi tabungan besar kita menuju akhirat kelak. Hindari saling mencaci dan membenci antar sesama muslim. Satukan langkah, saling menasehati dengan penuh kesantunan, tingkatkan toleransi sesama muslim. Semoga bermanfaat. Aamiin.
Sumber:
http://www.muhammadiyah.or.id/id/artikel-adab-etika-bergurau-1-detail-1368.html